Rabu, 23 November 2016

Paradigma Tauhid

Inti dari ajaran agama Islam adalah tauhid : mengesakan Allah dengan menegaskan sifat wahdaniah : tiada sekutu-NYA, dan tiada sesuatu yang semisal dengan-NYA.
TUHAN YANG MAHA ESA
Tuhan adalah yang dipuja penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri dihadapann-NYA, takut dan mengharapkannya, kepdanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo'a dan bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan diri padanya, dan menimbulkan ketenangan disaat mengingat-NYA dan terpaut cinta pada-NYA (Ibn Taimiyah).
dapat dipahami bahwa "tuhan" itu berbentuk apa saja yang dipentingkan oleh manusia, seperti tahta, harta, dan popularitas.
para ulama membedakan kosep tauhid dalam tiga cabang, yakni : tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid mulkiyah.
1. Tauhid Rububiyah berintikan pada penegasan atau keesaan Allah dalam af'al-NYA, dalam  penciptaan dan pemeliharaan manusia. Allah menciptakan manusia dan segala makhluk, serta menjamin rizkinya. dalam mencipta, Allah tidak mempunyai sekutu dan tidak ada penentang terhadap kekuasaann-NYA. iman seperti ini berlaku pula bagi orang kafir, seperti orang Badui yang tidak memeluk islam.
Tauhid Rububiyah merupakan suatu pandangan umum tentang realitas kebenaran, ruang, waktu, dan sejarah. Tauhid Rububiyah menjadi landasan kosmologi Islam dan menciptakan prinsip-prinsip berikut :
a. Dualitas
Realitas meliputi dua kategori umum yaitu Tuhan (Pencipta)dan bukan tuhan (ciptaan). Realitas pertama mempunyai satu anggota yaitu Allah yang bersifat mutlak dan Maha Kuasa. realitas kedua yaitu tatanan ruang dan waktu, pengalaman dan proses penciptaan, dan semesta, yang sepenuhnya tunduk pada ketentuan Tuhan.
b. Ideasionalitas
Hubungan antar dua struktur realitas pada dasarnya bersifat idesionlaitas. Dasar pikirnya bahwa manusia memiliki kemampuan berpikir. potensi untuk memahami kehendak Tuhan baik secara langsung melalui pemahaman terhadap kehendak yang tersurat dalam firman-NYA maupun secara tidak langsung lewat pengamatan terhadap ciptaan-NYA.
c. Teleologis
Hakikat kosmos bersifat teologis, yakni bertujuan, terencana, atau didasarkan pada maksud-maksud tertentu Sang Pencipta.
2. Tauhid Uluhiyah 
Berintikan pada penegasan atas keesaan Allah dalam Dzat-Nya terutama dalam aktivitas ibadah , doa, nadzar, korban, berharap, takut dan tawakkal. Tauhid Uluhiyah merupakan landasan horison teologi islam yang monotheistik. dalam hal ini, umat islam senantiasa berusaha menghindarkan diri dari segala bentuk penghambaan kepada selain Allah.
Horison Tauhid Uluhiyah membebaskan masyarakat manusia dari kultus individu terhadap Nabi,Rahib, dan lain-lain. Lebih lanjut, tauhid uluhiyah menjadi landasan perlawanan terhadap segala bentuk perbudakan manusia terhadap manusia lainnya, wong elit terhadap wong alit, dan penjajahan satu bangsa kepada bangsa lainnya. Semua orang sama kedudukannya dihadapan Allah, sama didepan hukum wajib berhukum dengan hukum Allah,dan taat dengan kontrak sosial yang disusun dan disepakati bersama. Dari segi spiritual, tauhid uluhiyah membebaskan manusia dari tipu daya setan yang menggoda ke arah syirik. seperti halnya malaikat, jin, iblis, syaitan.
3. Tauhid Mulkiyah
Berintikan pada ke-Esaan Allah dalam kekuasaan dan hukumnya. Tauhid Mulkiyah merupakan landasan pembentukan tatanan sosial (masyarakat) islam,  syariat islam tetap harus tegak walaupun tanpa negara. Meskipun disadari bahwa negara diperlukan dalam menegakkan syariat. Misalnya, kewajiban zakat tetap berlaku dan harus ditunaikan oleh seorang muslim yang kaya maupun yang tidak ada "negara islam" dengan perundang-undangan yang mengatur hal tersebut.

sumber : Fadlullah.Pembelajaran Transformatif PAI.(2015). Jakarta : Hartomo Media Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar