Selasa, 29 November 2016

Perkembangan Desa di Era Modernisasi



Perkembangan Desa Terate di Era modernisasi
       Indonesia merupakan bangsa yang unik, negara multikultural yang terdiri dari berbagai macam bahasa, adat, kebudayaan, suku dan agama. Dari segi geografis Indonesia merupakan negara yang diapit oleh dua benua yaitu benua Australia dan Asia dan oleh dua samudera yaitu samudera hindia dan samudera pasifik dan dilalui oleh garis mediterian yang sekaligus  dilalui oleh garis khatulistiwa yang menyebabkan Indonesia mempunyai kesuburan tanah.
       Seiring dengan perkembangan zaman Indonesia sekarang sudah melakukan perkembangan pembanguan termasuk sudah ada di pedesaan. Desa merupakan suatu kesatuan hukum, dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.[1] Yang akan saya jelaskan adalah Desa Terate yang berada pada Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang Banten. Desa Terate merupakan desa yang awal terjadinya dan tumbuhnya merupakan desa perikanan dan pelayaran. Nelayan disana merupakan nelayan yang sudah mengenal teknologi pelayaran dengan hal itu nelayan disana bisa mendapatkan hasil tangkapan ikan yang lebih banyak. Hal  itu didukung dengan adanya tempat pelelangan ikan yang bertujuan untuk memudahkan para nelayan menjual ikan hasil tangkapan tersebut. Di lelang tersebut banyak para pembeli ikan yang dihasilkan para nelayan  untuk dijual kepada para ibu rumah tangga dikampung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di Desa Terate selain ikannya dijual mentah ikan juga diasinkan lalu dikeringkan atau lebih dikenal dengan istilah “gesek” baik untuk kebutuhan pribadinya maupun untuk dijual. Ada juga yang sudah mengembangkannya dengan ternak ikan atau disebut dengan “empang” untuk dijual atau dirental untuk pemancingan ikan.
       Selain dari hasil laut Desa terate juga mempunyai potensi persawahan namun hanya sebagian kecil yang menggelutinya karena lahan yang tidak luas, ditambah lagi dengan banyaknya para pendatang yang membuat daerah tanah persawahan beralih fungsi menjadi tempat tinggal atau rumah dan ditambah lagi dengan banyaknya pabrik yang berdiri sehingga mata pencaharian desa terate sangat kompleks dan beragam. Semua itu akibat dari dampak modernisasi. Memang banyak keuntungan yang didapat dari modernisasi dengan perkembngan Desa dalam sektor ekonomi. Namun seringkali para masyarakat mengabaikan keseimbangan alam. ini bukan hanya permasalahan yang ada di desa khususnya permasalahan ini merupakan masalah yang sering kali dialami oleh bangsa Indonesia secara keseluruhan. Selain yang tadi mata pencaharian warga desa terate juga sebagai karyawan, guru, pedagang, dan lain sebgainya namun yang paling dominan adalah nelayan.
        Perkembangan dari sektor sosial budaya di desa Terate adalah dengan terlihatnya interaksi para warga yang baik. Interaksi sosisal sendiri diartikan oleh Gillin dan Gillin (1954) adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antar orang-perorangan dengan kelompok manusia.[2] Selain interaksi yang baik mereka saling hidup rukun dan mampu bekerjasama di masarakat misalkan dalam bergotong royong, acara masyarakat seperti isra’ miraj, pengajian dll itu juga termasuk dalam kebudaaannya karena disana masih sangat lekat dengan tradisi keagamaannya ditandai dengan banyaknya para kiai dan para ustad. Selain tradisi atau kebudayaan yang diciptakan dari keagamaan  disana juga terdapat “kendang” yaitu perkumpulan alat musik yang digunakan saat acara pernikahan yang berfungsi untuk ngarak pengantin, biasanya dibarengi dengan adanya pencak silat sebagai pembukaan.
       Pendidikan memang salah satu tolak ukur dari kemajuan suatu daerah karena dari pendidikan itu orang akan mempunyai pikiran kritis, kreatif dan inovatif yang akan menyumbang pikiran yang peduli terhadap lingkungannya sehingga akan menjadikan Desa itu eksis dan dinamis yang tidak tertinggal zaman yang  bisa mengikuti perubahan global.
       Pendidikan di desa Terate sudah mengalami banyak perkembangan dan sudah mengalami kemajuan walaupun tidak secara keseluruhan. Pendidikan disana mulai dari tingkat SD, SMP, SMA maupun tingkat perguruan tinggi namun tidak semua sampai melanjutkan ke perguruan tinggi disana sudah mencapai tingkat SMA. Disana juga banyak yang mnyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan non formal seperti pesantren karena memang disana sangat memperhatikan agama.
         Keadaan politik disana menggunakan sistem demokrasi dalam pemilihan kepala desanya yang berpusat pada tengah-tengah desa tersebut agar semua warga bisa menjangkaunya lebih mudah. Dan kantor desa berpusat di kampung Krandan yang saat ini keadaan kantor tersebut masih dibilang baru.  Itu juga menandakan bahwa sudah adanya perkembangan yang menuju kearah pemerintahan yang dinamis, yang merupakan salah satu terbentuknya lembaga sosial. Social institution adalah “suatu kompleks atau sistem peraturan-peraturan yang mempertahankan nilai-niai yang penting”. Kelembagaan itu sendiri bertujuan untuk mengatur antar hubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting (Polak, 1966).[3] Pemilihan desa tersebut dipilih secara langsung oleh masyarakat, dan dihadiri langsung oleh para calon kepala desa. Itu merupakan hal yang membedakan antara desa dengan kelurahan yang ada di perkotaan.
       Perkembangan di desa juga harus di barengi dengan lingkungan keberlanjutan dengan ditandainya ekosistem yang stabil tanpa merusak lingkungan yang lain. Tentu saja perkembangan desa dalaam prosesnya banyak ditemukan masalah diantaranya adalah :
1.      Aspek Sosial yaitu masih lemahnya kesadaran masyarakat terdapat ancaman kerusakan lingkungan pesisir dan  laut, masih rendahnya keterlibatan dan kemampuan masyarakat lokal untuk berpartisipasi secara aktif dan diberdayakan dalam berbagai upaya pelestarian lingkungan serta dalam perencanaan dan proses pengambilan keputusan dan persoalan sumberdaya kelautan.
2.      Aspek Ekonomi yaitu belum dilaksanakannya secara optimal dan berkelanjutan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perairan laut karena keterbatasan modal, sarana produksi, pengethuan dan keterampilan, serta faktor eksternal seperti keterbatasan pelayanan dan penyediaan fasilitas pemerintah, masih perlunya ditingkatkan secara lebih terpadu koodinasi dalam penyusunan perencanan dan pengambilan keputusan oleh instansi-instansi pemerintah daerah yang berkaitan dengan pembangunan peraturan laut.
3.      Aspek Ekologi yaitu masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk melindungi, menjaga keseimbangan dan memantapkan ekosistem pesisir dan laut, sehingga terjadi banyak pengrusakan hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun untuk kpentingan jangka pendek
4.      Aspek Administratif yaitu masih perlunya ditingkatkan koordinasi dan mekanisme administrasi dalam penyusunan perencannaan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya perairan laut karena selama ini masih terdapat banyak tumpang tindih kewenangan dan tanggung jawab diantara lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah yang terkait.[4]
       Masalah tersebut memang ada dalam perkembangan pembangunan desa, namun desa Terate sudah sedkitnya mengalami perkembangannya yaitu bisa dilihat dari yang dijelaskan saya diatas, kantor kepala desa yang baru, selanjutnya pembanganuan infrastruktur jalan, pembangunan irigasi air dan sistem pemerintahan yang transparan dan demokrasi.
       Perkembangan pembangunan harus melibatkan partisipasi masyrakat karena masyarkat adalah objek utama dari pembangunan desa. Alasan dari mengapa masyarakat ikut dilbatkan aktif dalam pembangunan karena masyarakat dianggap bahwa mereka mengetahui sepenuhnya tentang dan kepentingannya atau kebutuhan mereka, memahami sesunggunhya tentang keadaan lingkungan sosial dan masyarakatnya, mampu menganalisis sebab dan akibat dari berbagai kejadian di masyarakat, mampu merumuskan solusi untuk mengatasi permaslahan dan kendala yang dihadapi, mampu memanfaatkan sumber daya pembangunan (SDA, SDM, dana, sarana dan teknologi) yang dimilki untuk meningkatkan produksi dan produktivitas dalam rangka mencapai sasaran pembangunan masyarakatnya yaitu peningkatkan kesejahteraan masyarakat, anggota masyarakat dengan upaya meningkatkan kemauan dan kemampuan SDM-nya sehingga dengan berlandaskan pada kepercayaan diri dan keswadayaan yang kuat mampu mengurangi dan bahkan menghilngkan sebagian besar ketergantungan terhadap pihak luar.[5]
       Banyak ragam cara untuk melakukan pengembangan masyarakat didesa baik melalui sosialisasi, pelatihan, mengenali potensi dasar yang dimiliki oleh warganya dan yang pastinya dari semua itu harus mampu mengimplementasikannya dalam masyarakat sehingga mayarakat mempunyai berbagai macam potensi yang dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan oleh kebutuhan desa Terate sendiri. Antara partisipasi masyarakat dan pemerintah harus mampu bekerjasama agar tujuan bisa tercapai baik dalam ruang lingkup daerah atau lebih tepatnya adalah desa dan lebih umumnya adalah dalam ruang lingkup Nasional yang mampu bersaing dalam lingkup global.
Sumber:RahardjoAdisasmita.PembangunanKelautandanKewilayahan.(2006). Yogyakarta:Graha Ilmu.
Lala M. Kolopaking.Sosiologi Umum.(2003).IPB:Fakultas Pertanian.
Soetardjo Kartohardjikusumo.Desa.(1965).Yogyakarta:Sumur Bandung.












[1] Soetardjo Kartohardjikusumo, Desa, Yogyakarta, Sumur Bandung, 1965, hal 3
[2] Lala M. kolopaking, Sosiologi Umum, Fakultas Pertanian IPB, 2003, hal 9
[3] Lala M. kolopaking, Sosiologi Umum, Fakultas Pertanian IPB, 2003, hal 29
[4] Rahardjo Adisasmita, Pembanguan Kelautan dan Kewilayahan, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2006, hal 68
[5]Rahardjo Adisasmita, Pembanguan Kelautan dan Kewilayahan, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2006, hal 40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar