Selasa, 27 Desember 2016

Lingkungan kelas kondusif


Lingkungan kelas kondusif
Pengelolaan kelas bukanah hal yang mudah dan ringan. Jangankan bagi guru yang baru menerjunkan diri kedalam dunia pendidikan, bagi guru yang profesional pun sudah merasakan betapa sukarnya mengelola kelas. Namun begitu tidak pernah guru merasa jenuh dan kemudian jera mengelola kelas setiap kali mengajar dikelas.Gagalnya seorang guru mencapai tujuan pengajaran sejalan dengan ketidakmampuan guru menegelola kelas. Indikator dari kegegelan itu adalah prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai oleh guru dalam kerangka keberhasilan proses belajar mengajar.Supardi (2013:217), berpendapat sekolah dinyatakankondusif apabila warga sekolah merasakan adanya kenyamanan, ketentraman, kemesraan, kegembiraan dan antusias dalam pelaksanaan pembelajaran. Sekolah memastikan sarana prasarana seperti kursi, meja, lemari yang terdapat di sekolah adalah sesuai dengan kebutuhan. Bangunan sekolah dan ruangan kelas yang dilengkapi ventilasi udara yang baik dan dilengkapi penerangan yang mencukupi dan suasana yang sunyi sehingga peserta didik merasa nyaman ketika pembelajaran berlangsung di kelas.
 Menurut Maharani Dyah Nugrahanti (2014 : 23), berpendapat bahwa suasana kondusif adalah lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan nyaman dalam hal jauh dari gangguan suasana dan bunyi yang dapat menganggu konsentrasi belajar, menyenangkan berarti suasana belajar yang gembira dan siswa antusiasi dalam melaksanakan pembelajaran, Suasana yang jauh dari tekanan dan target tertentu terhadap siswa yang belajar. Kelas yang memiliki suasana kondusif memiliki ciriciri diantaranya:
a.         Terhindar dari suara-suara yang menganggu.
b.         Sirkulasi udara segar dan bersih.
c.         Pencahayaan alami yang cukup.
d.        Desain tempat duduk fleksibel.
e.         Kebersihan dan kerapian kelas.
f.          Keleluasaan pandang bagi guru dan murid.

Banyak sekali faktor-faktor penghambat tidak berjalannya suasana kelas yang kondusif, faktor-faktor tersebut anatar lain :
1.      pendekatan pembelajaran berorientasi pada bagaimana siswa belajar (student centered), mengandung pengertian bahwa proses pembelajaran hendaknya diarahkan pada siswa yang aktif mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, proses pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya berusaha memberi peluang terjadinya proses aktif siswa dalam mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator dalam pembelajaran. Pendekatan ini biasa disebut dengan pendekatan konstruktivistik. Dalam pendekatan ini yang perlu dilakukan guru adalah membantu siswa membangun pengetahuan sendiri di dalam benaknya, dengan cara membuat informasi pembelajaran menjadi sangat bermakna dan relevan bagi siswa. Hal ini menurut Mustaji (2005) dapat dilakukan guru dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan sendiri ide-idenya dan mengajak siswa agar menyadari dan secara sadar menggunakan cara-cara mereka sendiri untuk belajar. Dengan pendekatan pembelajaran ini diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih berkualitas dan bermakna bagi siswa yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dan prestasi belajar siswa.
2.      adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa dalam proses kegiatan pembelajaran akan mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya, dan berani mengkritisi materi pembelajaran yang 6 sedang dibahas. Dengan demikian siswa akan terbiasa untuk berpikir kritis, kreatif, dan terlatih untuk mengemukakan pendapatnya tanpa adanya perasaan minder atau rendah diri. Dalam kaitannya dengan penghargaan terhadap partisipasi aktif siswa ini, hendaknya tidak sekedar dinilai dari segi keaktifannya saja, tetapi juga perlu diperhatikan sikap penghargaan siswa terhadap aktivitas teman-temannya dan kemampuannya didalam bekerja sama dengan orang lain. Oleh karena itu, guru hendaknya mampu mengarahkan siswa untuk dapat bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain dan selalu bersikap positif terhadap teman-temannya serta selalu berusaha sebaik mungkin dalam setiap kesempatan yang diberikan saat interaksi pembelajaran berlangsung.
3.      guru hendaknya bersikap demokratis dalam memeneg kegiatan pembelajaran. Mengapa demikian? Hal ini karena kepemimpinan guru yang demokratis dalam mengelola proses pembelajaran akan dapat menjadikan siswa merasa nyaman untuk dapat belajar semaksimal mungkin. Hal ini sesuai 7 dengan pandangan Goodlad (Dede Rosyada, 2004: 19) yang menyatakan bahwa setting demokrasi merupakan pemberian kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk belajar, yaitu bahwa sekolah menjadi tempat yang nyaman bagi siswa untuk semaksimal mungkin mereka belajar. Kemampuan guru dalam menanamkan setting demokrasi pada siswa sangat berpengaruh terhadap pencapaian misi pendidikan. Dengan demikian suasana pembelajaran yang disetting secara demokratis sangat penting untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif, berkualitas dan bermakna.
4.      setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran hendaknya dibahas secara dialogis. Hal ini karena proses dialogis dalam interaksi pembelajaran lebih mendudukkan siswa sebagai subyek didik yang mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam setiap interaksi pembelajaran. Proses dialogis juga akan mampu mengembangkan pemikiran kritis siswa dalam membahas dan menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran. Sebagaimana pandangan Freire (1972: 80), seorang praktisi pendidikan yang banyak menggagas pendidikan liberatif menyatakan bahwa dengan dialog akan memungkinkan munculnya pemikiran kritis, karena hanya dialoglah yang memerlukan pemikiran kritis. Lebih lanjut Friere, menyatakan bahwa tanpa dialog tidak akan ada komunikasi, dan tanpa komunikasi tidak mungkin ada pendidikan sejati. Dengan demikian proses dialogis cukup penting peranannya dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan berkualitas.
5.      lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga memotivasi belajar siswa dan mendorong terjadinya proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam menyetting lingkungan kelas yang kondusif untuk belajar siswa yaitu dengan cara mengatur tempat duduk atau meja-kursi siswa secara variatif dan pengaturan perobot sekolah yang cukup artistik, serta pemanfaatan dinding-dinding rungan kelas sebagai media penyampai pesan pembelajaran. Pengaturan setting tempat duduk hendaknya dilakukan sesuai kebutuhan dan strategi pembelajaran yang digunakan. Pesan yang ditempel di dinding hendaknya kontekstual dengan materi pembelajaran. Oleh karena itu, 8 icon-icon, grafis-grafis di dinding yang memuat pesan pembelajaran hendaknya selalu di perbaharui atau diganti-ganti setiap bulannya.

(Ali Muhtadi, “Menciptakan Iklim Kelas yang Kondusif dan Bekualitas dalam Proses Pembelajaran” Blog : file.upi.edu//../Menciptakan_lingkungan_pembelajaran_yang_kondusif.pdf)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar