Selasa, 27 Desember 2016

Management Kelas



Management Kelas
Didalam kelas, banyak sekali yang harus ditata, seperti ruangan, peralatan kelas, jumlah siswa, dan sebagainya itu semua perlunya koordinasi dengan pihak-pihak sekolah untuk mengatur bagaimana lingkungan dikelas tersebut. Agar terciptanya pembelajaran yang baik, perlu diperhatikan pengaturan / penataan ruang kelas / belajar. Penyusun dan pengatur ruang kelas maupun belajar hendaknya memungkinkan peserta didik duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar maupun kelas, perlu diperhatikan hal-hal berikut, seperti :
Ø  Ukuran dan bentuk kelas.
Ø  Bentuk serta ukuran bangku dan meja peserta didik.
Ø  Jumlah siswa dalam kelas.
Ø  Jumlah siswa dalam setiap kelompok.
Ø  Jumlah kelompok dalam kelas.
Ø  Komposisi peserta didik dalam kelompok ( seperti peserta didik yang pandai dengan peserta didik yang kurang pandai, pria dan wanita, dll ).
·           Menurut Conny Semiawan, dkk (1985 : 64)
Dalam masalah penataan ruang kelas ini uraian akan diarahkan pada pembahasan masalah tempat duduk, pengaturan alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan ventilasi, serta tata cahaya.

1.         Pengaturan tempat duduk
Dalam proses pembelajaran peserta didik memerlukan tempat duduk. Tempat duduk juga mempengaruhi peserta didik dalam pembelajaran. Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan sekarang bermacam-macam, ada yang satu tempat duduk ditempati dua orang bahkan lebih, ada pula yang hanya dapat diduduki oleh satu peserta didik. Sebaiknya tempat duduk peserta didik ukurannya jangan terlalu besar agar mudah diubah-ubah formasinya. Ada bebepara bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.
Sudirman N (1991 : 318), mengemukakan beberapa contoh formasi tempat duduk, yaitu berhadapan, posisi setengah lingkaran, dan posisi berbaris kebelakang.
2.         Pengaturan alat-alat pengajaran
Diantara alat-alat pengajaran dikelas yang harus diatur adalah sebagai berikut :
a.    Perpustakan Kelas
Ø  Sekolah yang maju ada perpustakaan dikelas.
Ø  Pengaturannya bersama-sama peserta didik.
b.    Alat-alat peraga media pembelajaran
Ø  Seharusnya diletakan didalam kelas agar memudahkan dalam penggunaannya.
Ø  Pengaturannya bersama—sama peserta didik.
c.    Papan tulis, kapar tulis, dan lain-lain
Ø  Ukurannya disesuaikan dengan kelas.
Ø  Warnanya harus kontras.
Ø  Penempatannya memperlihatkan estetika dan terjangkau oleh peserta ddik.
3.         Penataan keindahan dan kebersihan kelas
a.       Hiasan dinding (pajangan kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran, seperti :
Ø  Burung garuda.
Ø  Teks proklamasi.
Ø  Slogan pendidikan.
Ø  Para pahlawan.
b.      Penempatan lemari
Ø  Untuk buku didepan.
Ø  Alat-alat peraga didepan.
c.       Pemeliharaan kebersihan
Ø  Peserta didik bergantian untuk memelihara kelas.
Ø  Guru memeriksa kebersihan dan ketertiban kelas.
4.         Ventilasi dan Tata Cahaya
Ø  Ada ventilasi sesuai dengan ruangan kelas.
Ø  Sebaiknya tidak merokok didalam kelas.
Ø  Pengaturan cahaya perlu diperhatikan.
Ø  Cahaya yang masuk harus cukup.
Didepan telah diuraikan tentang pengaturan tempat duduk peserta didik dengan format yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Masalah pengaturan tempat duduk sebenarnya akan berhubngan dengan permasalahan siswa sebagai individu sebagai perbedaan pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991 : 108), melihat peserta didik sebagai individu dengan segala perbedaan dan persamaannya. Pada intinya berisikan ketiga asepek diatas. Persamaan dan perbedan yang dimaksud yaitu sebagai berikut :
1.    Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan (intelegensi).
2.    Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan.
3.    Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar.
4.    Persamaan dan perbedaan dalam bakat.
5.    Persamaan dan perbedaan dalam sikap.
6.    Persamaan dan perbedaan kebiasaan.
7.    Persamaan dan perbedaan dalam pengetahuan/pengalaman.
Berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian peserta didik diatas, berguna dalam membantu usaha pengaturan peserta didik didalam kelas. Terutama berhubungan dengan masalah bagaimana pola pengelompokan peserta didik guna menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan kreatif, sehingga kegiatan belajar yang penuh kesenangan dan bergairah dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama.
Kegiatan belajar mengajar dalam kegiatan kelompok menghendaki peninjauan pada aspek individual peserta didik. Penempatan peserta didik memerlukan pertimbangan pada aspek pada postur tubuh peserta didik, dimana menempatkan peserta didik yang mempunyai tubuh tinggi ataupun rendah, dimana menyematkan peserta didik yang memiliki kelainan penglihatan ataupun pendengaran, jenis kelamin peserta didik perlu juga dijadikan pertimbangan dalam pengelompokan peserta didik.
1.      Pengelompokan Peserta Didik
Dalam melayani kegiatan belajar siswa aktif, pengelompokan siswa mempunyai arti tersendiri. Pengelompokan peserta didik bermacam-macam, dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks. Berikut ini dikemukakan oleh beberapa pendapat para ahli, sebagai berikut :
Roestiyah N.K. (1989 : 80) membagi pengelompokan siswa dengan melihatnya dari segi waktu, kecepatan, dan sifatnya. Sebagai berikut :
a.         Waktu                  : 1) Kelompok jangka pendek.
              2) Kelompok jangka panjang ( 3 bulan ).
b.    Kecepatan                        : 1) Kelompok anak cepat.
                                      2) Kelompok anak lambat.
c.    Sifat                      : 1) Kelompok untuk mengatasi alat pelajaran.
                                      2) Kelompok atas dasar individual / intelegensi.
                                      3) Kelompok atas dasar individual minat.
                                      4) Kelompok untuk memperbesar prestasi.
                                      5) Kelompok untuk pembagian pekerjaan.
                                      6) Kelompok untuk belajar secara efesiens.
Rumusan tentang pengelompokan siswa menurut yang dikemukakan oleh Conny Setiawan, dkk (1985 : 67), yaitu sebagai berikut :
1.      Pengelompokan menurut kesenangan berkawan.
Pada pengelompokan ini kelas dibagi dalam beberapa kelompok atas dasar perkawanan / kesenangan bergaul diantara mereka. Kelompok terdiri dari 4 – 6 orang atau lebih yang menurut mereka merupkan kawan-kawan dekat. Mereka duduk mengelilingi meja yang telah disusun demikian rupa dalam keadaan berhadapan. Dalam pengelompokan seperti ini setiap peserta didik mempelajari atau berbuat hal yang sama dengan sumber yang sama.
2.      Pengelompokan menurut kemampuan.
Kenyataaan menunjukan bahwa ada peserta didik yang pandai, sedang, dan lambat dalam mempelajari sesuatu. Untuk memudahkan pelayanan guru, peserta didik dikelompokan kedalam kelompok cerdas, sedang / menengah, dan lambat. Pengelompokan ini diubah sesuai dengan kesanggupan individual dalam mempelajari mata pelajaran. Seorang peserta didik mungkin cerdas dalam matematika, tetap lambat dalam ilmu – ilmu sosial, sedangkan peserta didik yang lain keadaanya tidak demikian. Pengelompokan demikian akan menuntut program-program khusus (bantuan remedi) untuk membantu peserta didik tertentu yang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran tertentu.
3.      Pengelompokan menurut minat.
Pada suatu ketika ada peserta didik yang gemar menulis, sedangkan yang lainnya senang matematika, ilmu – ilmu sosial ataupun ilmu pengetahuan alam. Peserta didik yang melakukan kegiatan belajar yang sama dikelompokan. Pada situasi seperti ini, guru harus terus menerus mengamati setiap individu. Disamping itu, guru perlu memberi dorongan kepada peserta didik untuk berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. Ahli lain membagi pengelompokan peserta didik ini berdasarkan pada satuan kelas yang dibagi atas kelompok – kelompok kecil yang kemudian bekerja sama dikelas maupun diluar kelas. Pendapat ini seperti dikemukakan oleh Udin Saripuddin dan Rustana Ardiwinata (1991), sebagai berkut :
1.         Pola bekerja paralel.
Kelompok-kelompok yang mengahadapi materi pelajaran yang sama. Semua kelompok mendiskusikan ataupu membahas topik yang sama atau mengerjakan hal yang sama. Hasil diskusi atau pembahasan atau pekerjan tugas kelompok dibawa kedalam diskusi kelas (sidang pleno). Dalam diskusi kelas hasil kerja kelompok itu dibandingkan satu dengan yang lain kemudian disimpulkan bersama.


2.         Pola bekerja komplementer.
Masing – masing kelompok mendapat satu topik atau tugas yang berbeda dengan topik yang berkaitan dengan kepada kelompok lain. Walaupun setiap kelompok mendapat tugas/topik yang berbeda, namun masing-masing topik itu masih merupakan satu kesatuan dalam keseluruhan materi pelajaran. Melalui lapoan yang diberikan oleh masing – masing kelompok, peserta didik dari kelompok lain juga memperoleh hasilnya dan menyimaknya. Sehingga saling melengkapi membentuk suatu kesimpulan dari keseluruhan materi.
3.         Pola campuran paralel dan komplementer.
Dua kelompok atau lebih mendapat topik atas tugas yang sama, sedangkan dua kelompok atau lebih lainnya mendapat topik dari tugas yang berbeda. Mungkin pula bahwa untuk satu jam pelajaran semua kelompok mendapat topik atau tugas yang sama. Sedangkan untuk periode waktuberikutnya, topik ataupun tugas yang diberikan kepeda kelompok berbeda-beda. Dalam diskusi kelas semua dikaitkan satu sama lain dan dismpulkan.
Kalau ditinjau dari sudut waktu yang dipergunakan, bekerja atau belajar dalam kelompok biasanya menurut waktu lebih banyak dari pada belajar secara individu. Maka tidak dapat dikatakan, bahwa belajar dalam kelompok sebaiknya diutamakan dari pada belajar sendiri-sendiri. Hal ini banyak bergantung dari tujuan pembelajaran, pada dalam aspek jenis perlaku maupun dalam aspek isi dan materi pelajaran. Perkembangan efektif dan sosial akan ditunjang bila siswa belajar dalam kelompok. Perkembangan kognitif kadang-kadang mendapat dukungan lebih banya.
Selain dari pola pengelompokan peserta didik sebagaimana disebutkan diatas, pengelompokan peserta didik dapat pula dilakukan dengan cara – cara berikut ini :
a.       Pembentukan kelompok diserahkan kepada peserta didik.
b.      Pembentukan kelompok diatur oleh guru sendiri.
c.       Pembentukan kelompok diatur oleh guru atas usul peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhtadi, “Menciptakan Iklim Kelas yang Kondusif dan Bekualitas dalam Proses Pembelajaran” Blog file.upi.edu//../Menciptakan_lingkungan_pembelajaran_yang_kondusif.pdf
Drs. Jain Aswan, Drs Bahri Syahful. 2010. “Strategi Pembelajaran Mengajar”. Jakarta : Rineka Cipta
Wahyu Surahkusuma, “ Menciptakan Lingkungan Pembelajaran yang Kondusi” Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Majid Abdul, M.Pd. 2013. “Strategi Pembelajaran” Pt Remaja Rosdakarya : Bandung

 




DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhtadi, “Menciptakan Iklim Kelas yang Kondusif dan Bekualitas dalam Proses Pembelajaran” Blog file.upi.edu//../Menciptakan_lingkungan_pembelajaran_yang_kondusif.pdf
Drs. Jain Aswan, Drs Bahri Syahful. 2010. “Strategi Pembelajaran Mengajar”. Jakarta : Rineka Cipta
Wahyu Surahkusuma, “ Menciptakan Lingkungan Pembelajaran yang Kondusi” Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Majid Abdul, M.Pd. 2013. “Strategi Pembelajaran” Pt Remaja Rosdakarya : Bandung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar