Kamis, 22 Desember 2016

Mengapa Perempuan Menjadi Obejek favorit?



Mengapa Perempuan Menjadi Obejek favorit?
       Kriminalitas yang menimpa laki-laki bisa jadi jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kasus yang menimpa perempuan. Lantas mengapa kejahatan yang menimpa perempuan menjadi salah satu fokus utama dalam permasalahan ini? Dalam tatanan seharusnya, laki-laki dan perempuan berposisi sejajar, tanpa ada satu pihak yang dilebihkan. Masing-masing memilki karakteristik dan tanggung jawab yang sama berat, meski terkdang dalam wujud yang berbeda-beda.namun, realiatas luas masih menunjukkan bahwa disana-sini terdapat kecendrungan yang sebaliknya. Kejahatan dan kekerasan yang bersifat sexist (berdasarkan jenis kelamin tertentu) menjadi berita sehari-hari, dengan perempuan yang menjadi objek utamanya.
       Ada banyak sebab dan latar belakang mengapa hal semacam ini masih terus berlanjut layaknya rantai siklus yang tidak terputuskan. Penyebab yang paling dominan tentunya cara pandang tehadap perempuan yang dianggap selalu menjadi kaum kelas kedua segala pembatasan yang diberikan kepadanya dikarenakan kelemahan fisik, mental dan tingkat intelektualitas yang diyakini menjadi sesuatu yang bersifat given (bawaan) pada diri setiap perempuan.
       Sayangnya, cara pandang yang konvensional semacam ini terwariskan dari generasi kegenerasi. Bahkan menjadi, sutau bentuk keyakinan yang telah terpatri pada diri sebagian bedar perempuan tanpa mereka sadari. Keyakinan bahwa sadar ini terkdang muncul kepermukaan saat mereka mengalami kondisi-kondisi ekstrem yang tidak diperhitungkan sebelumnya. Cara pandang konvensional itu pulalah yang sering kali menjadi poin permakluman pada kebanyakan perempuan, sehingga mereka tidak mau bersusah payah untuk menjadi sosok perempuan yang lebih tangguh, mandiri, berdaya guna, dan cerdas.
       Sikap rapuh semacam itulah yang menyebabkan  rasa takut perempuan terhadap kejahatan (fear of crime), jauh lebih besar dibandingkan yang dialmi laki-laki. Rasa takut dan sikpa inferior itu kemudian membuat mereka enggan untuk melaporkan kejahatan kekerasan yang dialaminya, meski telah benar-benar melanggar hak mereka sebagai seorang manusia. Besarnya fear of crime yang dialami perempuan juga dikarenakan lebih mendalam dan berkepanjangannya penderitaan dan trauma yang mereka alami, baik saaat kejahatn menimpa maupun pascakejahatan terjadi.
Lantas bagaimana caranya agar kita bisa terlepas dari cara pandang yang konvensional itu
1.      Yakini bahwa Tuhan menciptakan dan memandang manusia hanya dari kualitas diri yang ditujukannya, bukan dari apa jenis kelaminnya.
2.      Sadari bahwa setiap perempuan memilki potensi dari (fisik, mental, dan akal) yang bisa dilejitkan dan dioptimalkan.
3.      Pahami bahwa setiap manusia berhak untuk mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan.
4.      Tunjukkanlah bahwa diri anda adalah perempuan tangguh yang akan berbuat apa saja untuk menjaga diri dan kehormatannya.
5.      Hidup anda adalah tanggung jawab diri anda sepenuhnya. Andalah yang berhak dan wajib mengatur dan menjalaninya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai yang anda yakini dan dapat membuat hidup anda menjadi lebih baik.
Sumber:EsfandMuthia.2012.WomenSelfDefense.Jakarta:VisiMedia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar