Selasa, 27 Desember 2016

Pendekatan Pengelolaan Kelas



Pendekatan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terikat dengan berbagai faktor. Permasalahan peserta didik adalah faktor paling utama yang terkait langsung dalam hal ini. Karena pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan belajar peserta didik baik secara kelompok maupun secara indivdual. Keharmonisan hubungan guru dengan peserta didik, tingginya kerja sama diantara peserta didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Karena itu, there are manyforms of interaction between teacher and pupils and between pupils (O. A Oeser 1966 : 52). Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja tergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagai pendekatan tersebut adalah sebagai berikut :
1.        Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku peserta didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi displin dalam kelas. Kedisplinan merupakan kekuatan yang menuntut kepada peserta didik untuk mentaatinya. Didalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
2.      Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas merupakan juga suatu proses untuk mengontrol tingkah laku peserta didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku peserta didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan paksaan.
3.      Pendekatan kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu peserta didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru disini merupakan mengusahakan semaksimal mungkin memberikan kebebasan untuk peserta didik.
4.      Pendekatan Resep
Pendekatan resep dilakukan dengan memberi satu daftar yang menggambarkan apa yang harus ada dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi dikelas. Daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang ditulis dalam resep.
5.      Pendekatan pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mnegajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengiplementasikan pelajaran yang baik.
6.      Pendekatan perubahan tingkah laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suat proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku nak idik yang baik, dan mencegah tingkah laku anak didik yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku ini bertolak dari sudut pandang psikologi bihvioral yang mengemukakan asuransi sebagai berikut:
a.    Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses belajar. Asumsi ini mengharuskan wali / guru kelas berusaha menyusun program kelas dan suasana yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang memungkinkan para peserta didik mewujudkan tingkah laku yang baik menurut ukuran norma yang berlaku dilingkungan sekitarnya.
b.    Didalam proses belajar terdapat proses psikologis yang funda mental berupa penguatan positif, hukuman, penghapusan, dan penguatan negatif. Asumsi ini mengharuskan seorang wali / guru kelas melakukan usaha – usaha mengulang-ulangi program atau kegiatan yang dinilai baik (perangsang) bagi terbentuknya tingkah laku tertentu, terutama dikalangan peserta didik.
Kegiatan itu akan menjadi penguatan positif sehinga tujuan yang dirumuskan lebih mudah dicapai. Sebaliknya, program atau kegiatan yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahkan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku peserta didik atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas harus diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku itu akan dihindari.
7.      Pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial
Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial didalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan psikologi klinis dan konseling (penyuluhan). Menurut pendekataan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasan emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif, artinya ada hubungan yang baik yang postif antara guru dan peserta didik atau peserta didik dengan peserta didik. Disini guru adalah kunci terhadap pembentukan hubungan pribadi itu dan peranannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat. Untuk it terdapat dua asumsi poko yang dipergunakan dalam pengelolaan kelas sabagai berikut :
1.    Iklim sosial dan emosioanal yang baik adalah dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang harmonis antara guru dan guru, guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik, merupakan kondisi yang efektif. Asumsi ini mengharuskan wali / guru kelas berusah menyusun program kelas dan pelaksanaannya yang didasari oleh hubungan manusiawi yang diwarnai dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati antar personal dikelas.
2.    Iklim sosial yang emosional yang baik tergantung pada guru dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang disadari oleh hubungan manusia yang efektif. Dari asumsi ini dalam pengelolaan kelas seorang wali / guru kelas harus mendorong guru-guru agar mampu dan bersedia mewujudkan hubungan manusiawi yang penuh saling pengertian, hormat menghormti, dan saling menghargai.
8.      Pendekatan proses kelompok
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, dimana peroses kelomok merupakan yang paling utama. Peranan guru adlah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif. Proses kelomok adalah usah gru mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan indivdual sehingga tercipta kelas bergairah dalam belajar. Dasar ini group process Approach ini adalah psikologi sosial dan dinamis kelompok yang mengetengahkan dua asumsi sebagai berikut;
a.    Pengalaman belajar disekolah bagi siswa berlangsug dalam konteks kelompok sosial. Asumsi ini megharuskan wali/guru kelas dalam pengeloalaan kelas selalu mengutamakan kegiatan yang dapat menginstruksikan seluruh personal dikelas. Dengan kata lain, kegiatan kelas harus diarahkan pada kepentingan bersama dan sedikit mungkin kegiatan bersift individual.
b.    Tugas guru terutama adalah memelihara kelompok belajar agar menjadi kelompok efektif dan produktif. Berdasarkan asumsi ni berarti seorang guru/wali kelas harus mampu membentuk dan megaktifkan siswa bekerjasama dalam kelompok. Hal tersebut harus dilaksanakan secara efektif agar hasilnya lebih baik darpada siswa belajar sehari-hari. Kegiatan guru dalam kelompok anatara lain dapat mewujudkan berupa regu mengajar yang bertugas memebantu kelompok belajar.
9.      Pendektan elektis atau pluralistik
Pendekatan elektis ini menekankan ada potensialitas, kreativtas dn inisiatif wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam siutuasi lain mungkin harus mengombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendektan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas ynag berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan effesien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kampuan dan selama maksud dan penggunaanya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan effesien.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhtadi, “Menciptakan Iklim Kelas yang Kondusif dan Bekualitas dalam Proses Pembelajaran” Blog file.upi.edu//../Menciptakan_lingkungan_pembelajaran_yang_kondusif.pdf
Drs. Jain Aswan, Drs Bahri Syahful. 2010. “Strategi Pembelajaran Mengajar”. Jakarta : Rineka Cipta
Wahyu Surahkusuma, “ Menciptakan Lingkungan Pembelajaran yang Kondusi” Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Majid Abdul, M.Pd. 2013. “Strategi Pembelajaran” Pt Remaja Rosdakarya : Bandung

 
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar