Minggu, 25 Desember 2016

Tradisi Ngelangkah di Lingkungan Karang Tengah



Tradisi Ngelangkah di Lingkungan Karang Tengah
Laporan Penelitian
Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Ulangan Akhir Semester mata kuliah Etnografi dan Pedagogik
Dosen Pembimbing : Musahwi, M.Sosio








Disusun Oleh :
Ana Herliana (2290150012)

PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA



KATA PENGANTAR

       Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-NYA, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian dengan judul “Tradisi Ngelangkah di Lingkungan Karang Tengah” ini dengan tepat waktu. Laporan penelitian ini bertujuan untuk memenuhi syarat mengikuti Ujian Akhir Semester mata kuliah Etnografi dan pedagogik.
       Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu, Bapak Musahwi, M.Sosio selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Etnografi dan Pedagogik, teman-teman semua yang ikut serta dalam pembuatan laporan penelitian ini baik dari support, pemikiran, masukan dan lain-lain, sehingga laporan penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
       Laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna maka saya sebagai penulis menginginkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan penelitian ini dan menjadi acuan saya untuk memperbaiki laporan penelitian yang akan datang. Semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi pembacanya dan menjadi sumber pengetahuan baik dari kalangan pelajar, maupun masyarakat umum, dan menjadi peningkatan sumber pengetahuan bagi kita semua.





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.....................................................................................................
1.2  Rumusan Masalah................................................................................................
1.3  Tujuan..................................................................................................................
1.4  Manfaat...............................................................................................................
Bab II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
BAB III KERANGKA TEORI................................................................................
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN................................................................
4.1 Metode Penelitian...............................................................................................
4.2 Teknik Pengumpulan Data..................................................................................
4.2.1 Observasi...........................................................................................................
4.2.2 Wawancara.......................................................................................................
4.2.3 Dokumentasi.....................................................................................................
BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN dan HASIL WAWANCARA........................................................................................................
5.1 Lokasi Penelitian.................................................................................................
5.2 Hasil Wawancara.................................................................................................
5.2.1 Daftar Pertanyaan..............................................................................................
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan..........................................................................................................
6.2 Saran....................................................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................




















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
       Perkawinan adalah suatu ikatan suci yang dilakukan oleh sepasang insan yang saling mencinta dan diikrarkan dalam janji seumur hidup. Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan seseorang. Dalam perkawinan bukan hanya menyatukan dua hati orang yang saling mencinta, namun dalam perkawinan juga menyatukan dua keluarga besar. Tujuan perkawinan hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan  biologis manusia melanjutkan keturunan.
        Setiap orang mempunyai hak untuk melakukan perkawinan sesuai dengan kultur dan budayanya masing-masing. Perbedaan budaya ini biasanya disebabkan oleh keberagaman agama, suku maupun daerahnya. Hal ini menjadi salah satu keunikan yang menjadikan perbedaan disetiap wilayah Indonesia yang multikultural.
       Orang yang sudah melakukan perkawinan maka keduanya mempunyai hak dan kewajiban atas statusnya, dan harus melakukan peran sebaik-baiknya. Indonesia juga mengatur tentang perkawinan dalam UU Nomor 1 Tahun 1974. Ini merupakan hukum perdata yang dilakukan oleh Indonesia yang harus diaati oleh setiap Warga Negara.
       Kebudayaan perkawinan sudah melekat dalam diri masyarakat Indonesia yang dilakukan secara turun temurun baik secara tradisional maupun secara modern sesuai dengan keinginan dan kemampuannya baik secara kultur atau budaya maupun secara agama. Dalam setiap tradisi perkawinan mempunyai keunikan-keunikan dan makna tersendiri yang didalamnya terdapat suatu keyakinan dan sugesti yang akan membawanya kepada kepuasan terhadap dirinya. Ini merupakan nilai yang tak bisa dimaknai oleh semua orang.
       Keunikan-keunikan  ini yang menjadi penasaran setiap orang yang melihatnya dan ingin mengetahui lebih jauh dari makna yang sebenarnya. Tradisi Ngelangkah ini menjadi keunikan tersendiri bagi Linkungan Karang Tengah. Moment Ngelangkah ini adalah moment yang langka karena tidak semua pengantin melakukan tradisi ini, hanya orang-orang tertentu. Oleh sebab itu penelitian ini sangat unik untuk dilakukan.
         Masyarakat mengangap moment ini adalah moment yang sakral sehingga moment ini dilakukan secara turun temurun. Dalam kaitannya dengan tradisi Ngelangkah ini banyak masyarakat yang mempunyai prespektif yang berbeda-beda mereka belum tahu betul tentang makna yang sebenarnya. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui makna yang sebenarnya yang ada dalam tradisi Ngelangkah tersebut. Sehingga masyarakat tidak keliru dengan makna yang sebenarnya. Makna kebudayaan sendiri dapat diartikan secara berbeda-beda sesuai dengan pemahaman yang mereka ketahui.
       Tradisi Ngelangkah sendiri merupakan kebudayaan yang merupakan hasil pemikiran manusia. Menurut ilmu antroplogi, “kebudayaan” adalah keseluruhaan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan manusia milik belajar[1]. Sudah jelas bahwa tradisi ngelangkah ini merupakan hasil karya manusia yang sampai saat ini masih dilakukan secara turun- temurun.
       Manusia merupakan faktor utama yang menjadi subjek dari sebuah tradisi atau kebudayaan, karena manusia yang menjalankan dari semua rangkaian tradisi ini. Sesuai dengan tulisan yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A. bahwa “Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya adalah manusia yang berada pada siklus idea atau pengetahuan bersama yang menjadi acuan dalam melaksankan aktivitas bersama, melahirkan materi kebudayaan bersama atau pribadi yang merupakan pengembangan dari dorongan budaya, diberbagai sektor kehidupan keagamaan, keilmuan, peralatan hidup, keorganisasian sosial, bahasa dan komunikasi, serta kesenian”.[2] Jadi, manusia hakikatnya adalah makhluk budaya, dan manusia juga merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup dengan kesendirian pasti memerlukan bantuan orang lain.
        Kembali pada tradisi Ngelangkah yaitu tradisi yang berada dalam tradisi perkawinan tradisional yang didalamnya ada ngarak dan didalam ngarak itu tradisi Ngelangkah itu akan dijelaskan. Dalam tradisi ini banyak individu-individu yang terlibat sehingga terjadi intreaksi sosial baik antar tetangga yang dekat maupun tetangga yang jauh, nilai positif yang dapat diambil dari tradisi ngelangkah ini adalah interaksi antar manusai yang berlangsung.
        Masyarakat mempunyai peran penting dalam menjalankan segala aktivitas khususnya budaya. Salah satunya adalah tradisi Ngelangkah ini adalah warisan leluhur nenek moyang yang ada di Karang Tengah, yang harus dijaga dan dilestarikan seutuhnya oleh masyarakat yang ada didalamnya. Salah satu cara untuk melestarikannya adalah dengan mengetahui makna yang sebenarnya supaya mengartikannya tidak keliru dengan makna yang sesungguhnya. Jika makna dari tradisi ngelangkah itu benar maka menjalankannya pun dengan rasa kebenaran.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana  makna Ngelangkah dalam perkawiann di Lingkungna Karang Tengah?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menjelaskan makna dibalik Ngelangkah dalam perkawinan di Lingkungan Karang Tengah.
1.4 Manfaat
1.4.1 Menjadi pengetahuan bagi masyarakat tentang makna yang sebenarnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
       Penelitian yaang yang sebelumnya pernah dilakukan adalah oleh seorang mahasiswa dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu Hendrawan dari jurusan Studi Hukum Keluarga Islam (SAS) fakultas Syariah dan Hukum. Penelitian yang ditelitinya adalah Skripsi tentang Problematika Pernikahan Melangkahi Kakak dalam Adat Betawi.
       Bahwa dia mneliti tentang adat pernikahan yang dilakukan oleh adat Betawi, dalm rangkaian tersebut ada tentang pelangke sebutan untuk orang Betawi itu terjadi apabila sigadis mempunyai kakak laki-laki atau perempuan yang belum menikah. Sigadis ini harus memenuhi permintaan kakaknya, dapat berupa uang atau barang. Disini dilakukan pada waktu tande putus (tunangan) yaitu pada tahap ini ditandai dengan adanya suatu acara mengantar kue-kue dan buah-buahan dari pihak laki-laki kerumah pihak si gadis, yang kemudian dibalas dengan makanan berupa nasi dan lauk pauknya dan seterusnya dibagikan kepada semua anggota keluarga masing-masing. Pada saat itu akan diputuskan hari dan tanggal pernikahan, sekaligus dibawa pecingkrem berupa cincin belah rotan sebagai pengikat.
       Setelah acara tanda putus, kedua belah pihak menunggu dan mempersiapkan keperluan pelaksanaan acara akad nikah. Masa ini dimanfaatkan juga untuk memelihara none penganten dan orang yang memelihara disebut tukang piare penganten atau dukun penganten.
       pembicaraan Ngelangkah ini berkaitan dengan berapa jumlah atau barang apa yang harus dipersembahkan kepada kakak. Hal ini selain bertujuan sebagai cara untuk menjaga kebudayaan tetap ada, tetapi juga untuk menghormati dan menjaga perasaan kakak yang dilangkahi. Intinya adalah pada kekerabatan, kekeluargaan dan kebersamaan.
       Manfaat dari adanya pelangkah ini yaitu melestarikan adat istiadat, membuat hubungan kakak beradik, hubungan kedua mempelai dan hubungan kedua keluarga menjadi baik dan tidak sakit hati maupun permasalahan. Intinya mengarahkan manusia untuk manunggal (berpadu) dengan alam, kerabat dan sesama manusia lain.
       Perbedaan yang dapat saya ambil adalah adat dibetawi ketika sang adik melangkahi kakaknya dia harus memberikan uang atau barang, namun adat Ngelangkah di Karang Tengah adalah pihak adik yang melangkahi adalah memeberikan sandangan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dan terletak pada maknanya ketika adat Betawi mempunyai makna untuk menghormati dan menjaga perasaan sang kakak yang dilangkahi yaitu untuk menjaga kekerabatan, kekeluargaan dan kebersamaan,namun tradisi Ngelangkah di Karang Tengah adalah malati atau dijelaskan bahwa supaya didekatkan jodohnya dan supaya tidak berbahaya yaitu tidak mendapatkan jodoh.
      Perbedaannya juga terdapat pada ritual tersebut di betawi hanya memberikan uang atau benda, namun di Lingkungan Karang Tengah ada ritual-ritual tertentu dan simbol-simbol ini yang menarik yang disetiap simbolnya mempunyai filosofi dan makna tersendiri ini merupakan ciri khas yang berbeda dengan adat Ngelangkah di Betawi. Sebagai Contoh ada simbol Ngelangkah yaitu gerakan maju mundur, kesamping yaitu 3 kali  putaran. Dan banyak peralatan yang harus dibawa seperti tikar, nasi kuning yang berisi uang koin, nasi liwet yang disimpan dalam bakul beserta centong,  kendi yang berisi uang koin dan air dll itu merupakan sebagai syarat alat untuk melakukan ritual Ngelangkah. Yang maknanya adalah ketika sang kakak melempar kendi yang berisi uang receh adalah semoga bahaya yang datang dapat terhindar. Dan ketika sang kakak di puter-puter selama 3 kali tersebut ada bacaan solawat yang dibacakan orang yang mengerti atau dukunnya sebagai permintaan kepada Allah agar segera didekatkan jodohnya.
      Setiap daerah mempunyai makna masing-masing karena setiap daerah mempunyai kepercayaan dan latar belakang masing-msing. Semua itu membentuk pemahaman, perspektif dna cara pandang yang berbeda dalam memaknai setiap hal, namun hakikatnya kebudayaan adalah hasil pola pikir manusia yang disepakati bersama karena masyarakat menganggap dan mempercayai bahwa itu merupakan sesuatu yang sakral yang harus dijalankan, dan ketika masyarakat tidak menjalankannya mereka merasa ada yang kurang, karena sudah menjadi kepercayaan dan kebiasaan yang sudah mendarah daging.
    Namun dari banyaknya kebudayaan kita selayaknya saling terbuka terhadap kebudyaan lain karena kita sadar bahwa negara kita adalah negara yang majemuk yang mempunyai banyak suku, ras, kebudayaan. Saling toleransi untuk tidak terjadinya konflik supaya terjalinnya rasa persuadaraan dan integrasi bangsa semakin kokoh, damai dan indah.
      
BAB III
KERANGKA TEORI
       Untuk memperkuat penelitian, saya sebagai penulis akan memberikan teori-teori yang ada. Kajian teori ini untuk membandingkan antara teori dan kajian yang sebenarnya terjadi dimasyarakat.Teori yang saya gunakan adalah teori Interaksi Simbolik. Interaksi Simbolik lebih menekankan studinya tentang perilaku manusia pada hubungan interpersonal, bukan pada keseluruhan kelompok atau masyarakat. Proporsi paling mendasar dari interaksi simbolik adalah perilaku dan interaksi manusia itu dapat dibedakan, karena tampilan lewat simbol dan maknanya. Mencari makna dibalik yang sensual menjadi penting didalam interaksi simbolis.
       Kaitannya dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah yaitu tradisi Ngelangkah ini adalah bagian dari interaksi manusia yang merupakan kajian sosial yang menarik, karena Ngelangkah ini ada simbol-simbol dan mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat Lingkungan Karang Tengah sesuai pemahaman mereka masing-masing, tentunya mereka pasti berpendapat berbeda-beda, karena tidak semua manusia mempunyai pendapat atau pemikiran yang sama. Pengertian Simbol sendiri dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah “lambang”.[3] Namun dalam kajian sosial simbol dapat diartikan sebagai bahasa. Bahasa ini dapat digunakan untuk melakukan komunikasi dan pastinya simbol ini mempunyai makna tersendiri. Dengan simbol ini manusia dapat berinteraksi, berbeda dengan menggunakan isyarat, jika isyarat dapat berguna untuk berkomunikasi saja, berbeda dengan bahasa atau simbol ini yang dikomunikasikan isyarat dan maknanya.
       Interaksionisme simbolik pada umumnya adalah filsafat pragmatisme dan behaviorisme psikologis (Joas,1985; Rock, 1979).[4] Arnold Rose mengemukakan serangkaian asumsi mengenai substansi dari teori interaksi simbolis, meliputi : (1) manusia hidup dalam suatu lingkungan simbol-simbol; (2) melalui simbol-simbol manusia berkemampuan menstimuli orang lain dengan cara-cara yang mungkin berbeda dari stimuli yang diterimanya dari orang lain itu; (3) melalui komunikasi simbol-simbol dapat dipelajari sejumlah besar arti dan nilai-nilai, sehingga dapat dipelajari sejumlah besar arti dan nilai-nilai, sehingga dapat dipelajari cara-cara tindakan orang lain; (4) simbol, makna, serta nilai-nilai yang berhubungan dengan mereka tidak hanya terpikirkan oleh mereka dalam bagian-bagian yang terpisah, tetapi selalu dalam bentuk kelompok.[5]
Pragmatisme
       Ada beberapa aspek pragmatisme yang mempengaruhi orientasi sosiologis yang dikembangkan oleh Mead (Charon, 2000; Joas,1993). Pertama, menurut pemikir pragmatisme, realitas sebenarnya tak berada “diluar” dunia nyata; realitas diciptakan secara aktif saat kita bertindak secara nyata” (Hewitt, 1984: 8; lihat juga Shalin, 1986). Kedua, manusia mengingat dan mendasarkan pengetahuan mereka mengenai dunia nyata pada apa yang telah terbukti berguna bagi mereka. Ada kemungkinan mereka mengganti apa-apa yang tidak lagi “bekerja”. Ketiga, manusia mendefinisikan “objek” sosial dan fisik yang mereka temui didunia nyata menurut kegunaannya bagi mereka. Keempat, bila kita ingin memahami aktor, kita harus mendasarkan pemahaman itu diatas apa-apa yang yang sebenarnya mereka kerjakan dalam dunia nyata.[6]
        Jadi, realitas dalam kaitannya dengan penelitian yang akan saya teliti adalah tradisi ini merupakan peristiwa yang terjadi dan peristiwa yang benar-benar ada di Linkungan Karang Tengah. Tradisi ini terjadi  ketika ada yang melaksanakan perkawinan khususnya jika dilakukan ngarak keliling kampung dan lebih spesifiknya lagi Ngelangkah ini terjadi karena pihak mempelai wanita, maupun pihak laki-laki mendahului kakanya yang belum melaksankan pernikahan, maka itu diadakanlah tradisi ngelangkah ini. Ini sebabnya yang menjadi peneliti ingin  mengkajinya untuk mengetahui makna yang sebenarnya  terakandung dalam tradisi ngelangkah ini. Segala sesuatu tradisi atau kebudayaan merupakan realitas yang ada dalam masyarakat baik masyarakat lokal maupun non lokal. Khusunya masyarkat indonesia yang merupakan masyarakat yang multikultural sehingga tidak sedikit mempunyai berbagai kebudayaannya masing-masing dan tentunya mempunyai makna yang berbeda-beda.
Behaviorisme
      Behaviorisme memepelajari tingkah laku (behavior) manusia secara objektif dari luar.[7] Tingkah dalam kamus bahasa indonesia adalah “perbuatan yang aneh-aneh”, sedangkan laku adalah “perbuatan”.[8] Kaitannya dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah saya akan meneliti orang yang merasakan Ngelangkah tersebut baik dari segi psikologis, maupun dampak yang akan dia terima serta saya akan dapat menanyakan kepadanya tentang apa yang ia rasakan sebelum dia Ngelangkah dan sesudah Ngelangkah  perbedannya.
Simbol signifikan
       adalah sejenis gerak isyarat yang hanya dapat diciptakan manusia. Isyarat menjadi simbol signifikan bila muncul dari individu yang membuat simbol-simbol itu sama dengan sejenis tanggapan (tetapi tak selalu sama) yang diperoleh dari orang yang menjadi sasaran isyarat. Kita sebenarnya hanya dapat berkomunikasi bila kita mempunyai simbol yang signifikan; komunikasi menurut arti istilah itu tak mungkin terjadi di kalangan semut, lebah dan sebgainya. Isyarat fisik dapat menjadi simbol yang signifikan, namun secara ideal tak cocok dijadikan simbol signifikan karena orang tak dapat dengan mudah melihat atau mendengarkan isyarat fissiknya sendiri. Jadi, ungkapan suaralah yang paling memungkinkan menjadi simbol yang signifikan, meski tidak semua ucapan dapat menjadi simbol signifikan. Kumpulan isyarat suara yang pailnjg mungkin menjadi simbol yang signifikan adalah bahasa: “simbol yang menjawab makana yang dialami individu pertama dan yang mencari makna dalam individu kedua. Isyarat suara yang mencapai situasi seperti itulah yang menjadi bahasa. Kini ia menjadi simbol signifikan dan memberikan makana tertentu”.
(Mead,1934/1962:46). Fungsi bahasa atau simbol yang signifikan pada umumnya adalah menggerakkan tanggapan yang sama dipihak individu yang berbicara dan juga pihak lainnya.[9] 
      Jadi kaitannya dengan tradsisi Ngelangkah adalah simbol ngelangkah itu sendiri yang mempunyai arti dan makna tersendiri di kalangan masyarakat Karang Tengah. Makna ini berbeda-beda sesuai dengan pemahaman masing-masing. Perbedaan ini diakibatkan oleh pemahaman yang berbeda-beda bahkan ada pemahaman yang hanya dilandasi oleh tradisi yang hanya mengikutinya tanpa tahu maknanya pemahaman yang seperti ini tidak sedikit dikalangan masyarakat.
        Komunikasi melalui isyarat-isyarat sederhana adalah bentuk yang paling sederhana dan yang paling pokok dalam berkomunikasi, tetapi manusia tidak terbatas pada bentuk komunikasi ini. Bentuk yang lain adalah komunikasi simbol. Karakteristik khusus dari komunikasi simbol manusia adalah tidak terbatas pada isyarat-isyarat fisik. Sebaliknya, menggunakan kata-kata dan simbol-simbol suaraini mengandung arti yang dipahami bersama dan bersifat sederhana dan bersifat standar. Kemampuan manusia menggunakan simbol suara yang dimengerti bersama memungkinkan perluasan dan penyempurnaan komunikasi jauh melebihi apa yang mungkin melalui isyarat fisik saja. ( Mead, 1934/1962)
     Kaitannya adalah dengan simbol suara ini ada simbol-simbol suara yang berisi doa yang menurut pandangan atau prespektif masyarakat linkungan Karang Tengah adalah jejampi yang berisi doa-doa yang diberikan kepada orang yang ngelangkah ini. Ini pandangan umum menurut masyarkat di Lingkungan Karang Tengah, dalam simbol ini memiliki makna yang dipercaya harus diberikan kepada orang yang Ngelangkah ini. Ini kepercayaan yang sudah melekat dalam masyarakat yang sudah menjadi tradisi secara turun temurun. Simbol-simbol yang berisi makna ini adalah pandangan masyarakat secara umum saja, makna yang sebenarnya hanya orang-orang tertentu yang dapat memahaminya seperti para sesepuh.
      Dengaan demikian, manusia merupakan aktor yang sadar dan relatif, yang menyatukan objek-objek yang diketahui melalui apa yang disebutnya sebgai proses self-indication, yaitu “proses komunikasi yang sedang berjalan dimana individu selalu menilainya, memberinya makna dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna itu.” Proses self indication ini terjadi karena dalam konteks sosial dimana individu mencoba untuk “mengantisispasi” tindakan-tindakan orang lain dan meneyesiuaikan tindakanya sebagaimana ia menafsirkan tindaka itu.
       Blumer(1969) menegaskan prioritas interaksi kepada struktur dengan menyatakan  bahwa “ proses sosial dalam kehidupan kelompok menciptakan dan menhancurkan aturan, bukan aturan-aturan yang menciptaka dan menghancurka kehidupan kelompok. “ karenanya, individu bertindak selaras demi menyanggah norma-norma atau aturan-aturan perilaku. Masyarakat merupakan hasil dari interaksi simbolis, di sisi lain pendekatan kaum interaksionis simbolik melihat manusia saling membatasi tindakan-tindakan mereka dan bukan hanya saling bereaksi kepada setiap tindakan itu menurut mode stimulus respon.
        Interaksionisme simbolik diketengahkan Blumer mengandung sejumlah ide dasar sebagai berikut: (1). Masyarakat terdidri dari manusia yang berinteraksi. Mereka bersama-sam menbentuk organisasi atau struktur sosial . (2). Interaksi mencakup berbagai kegiatan manusia yang saling berhubungan. Interaksi non simbolik mencakup stimulus respon sederhana. Interaksi simbollik mencakup penafsiran tindakan. Bahasa merupakan simbol yang paling umum. (3). Objek-objek tidak mempunyai makna yang intrinsik : makna lebin merupaka produk interaksi simbolik. Ada tiga macam kategori objek yaitu: (a). Objek fisik (b). Objek sosial (c). Objek abstrak. (4).  Selain mengenali objek eksternal manusia juga mampu mengenali dirinya sendiri. (5). Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh manusia itu sendiri. (6). Tindaka itu saling dikaitkan dan disesuaikan oleh para anggota kelompok: hal itu sebut sebagai tindakan bersama
       Blumer menegaskan bahwa metodologi interaksi simbolik merupakan pengkajian fenomena sosial secara langsung. Tujuannya memperoleh gambaran secara jelas mengenai apa yang sedang terjadi dalam lapangan, dengan sikap yanng selalu waspada atas urgensi menguju ndan memperbaiki observasi-observasi. Hasil observasi itu disebut blumer sebagai tindakan “ pemetaan konsep “ (penambahan kepekaan konsep yang digunakan) . 







BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian
      Metode penelitian yang saya gunakan adalah meteode penelitian etnografi. Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli, sebagaimana dikemukakan oleh Bronisla Malinowski, bahwa tujuan etnografi adalah “memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya” (1922:25). Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar,berbicara, berpikir dan bertindak dengan cara yang berbeda. Jadi etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, tetapi dari itu, etnografi belajar dan masyarakat.
       Inti dari etnografi adalah upaya untuk memperhatikan makna-makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Beberapa makna tersebut terekspresikan secara langsung dalam bahasa; dan diantara makna yang diterima, banyak yang disampaikan hanya secara tidak langsung  melalui kata-kata dan perbutan. Sekalipun demikian, di dalam setiap masyarakat, orang tetap menggunakan sistem makna yang kompleks ini mengatur tingkah laku mereka, untuk memahami dunia tempat mereka hidup. Sistem makna ini merupakan kebudayaan mereka dan etnografi selalu mengimplikasikan teori kebudayaan.[10]
      




4.2 Teknik Pengumpulan Data
4.2.1 Observasi
       Menurut Kriyantono (2008:106) mengatakan bahwa metode observasi merupakan kegitan mengamati secara langsung tanpa mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegitan yang dilakukan objek tertentu. Observasi yang akan saya lakukan adalah saya akan mengamati langsung tentang tradisi Ngelangkah itu sendiri supaya dapat jelas melihatnya sehingga dapat mendeskripsikannya dengan jelas.
4.2.2 Wawancara
       Menurut Berger dalam Kriyantono (2000:111) mengatakan bahwa wawancara adlah percakapan antara periset seseorang yang berharap mendpatkan informasi, dan informan seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang sesuatu objek. Wawancara adalah proses tanya jawab antarapeneliti dan narasumber. Narasumber ini dapat melibatkan informan yaitu orang yang dapat memberikan informasi secara menyeluruh. Pada wawancara yang akan saya lakukan adalah saya akan memberikan pertanyaan kepada orang yang terlibat langsung dalam tradisi Ngelangkah tersebut dan mewawancarai orang yang melakukan tradisi ini secara turun temurun yaitu sesepuh di Linkungan Karang Tengah untuk dapat menggali makna yang sebenarnya sehingga data dapat dipertanggungjawabkan.
4.2.3 Dokumentasi
       Dalam hal ini yang saya lakukan adalah merekam jimat atau mantra yang sering dibacakan saat ritual Ngelangkah dilakukan dengan ini saya menggunakan HP, video untuk memperkuat data laporan saya, hal ini juga dilakukan untuk mendapatkan data
yang jelas dapat terdokumentasi dnegan baik. Setealah data terkumpul sya akan mengelompokkan data tersebut sesuai dengan apa yang saya teliti atau yang saya butuhkan dengan persoalan yang ingin saya jawab. Selanjutnya data diproses, dideskripsikan, dianalisa dan di interpretaasikan serta dicarai relevansinya antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya. Dengan semua ini diharapkan permasalahan yang saya ajukan dapat terjawab dengan baik.

BAB V
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN dan HASIL WAWANCARA
5.1 Lokasi Penelitian
       Dalam penelitian ini, saya memilih Lingkungan Karang Tengah Kelurahan Kedaleman, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon. Lokasi ini saya pilih karena sebagai tempat tinggal saya, supaya lebih memudahkan penelitian, memperoleh data, wawancara dan observasi. Dari segi biaya maupun dari keterjangkauan lingkungan atau tempat, serta dapat berinteraksi dengan masyarakat yang lebih dekat dan mudah.
       Secara umum masyarakat Lingkungan Karang Tengah sangat kompleks, terbukti dengan mata pencaharian atau pekerjaan yang dilakukannya setiap harinya. Di Lingkungan karang Tengah juga termasuk Lingkungan padat penduduk ini disebabkan oleh  banyaknya remaja yang menikah diusia dini yang menimbulkan  angka kelahiran lebih banyak daripada angka kematian, dan banyak juga yang mempunyai suami dari luar daerah yang tinggal di Karang tengah sehingga dapat menyebabkan ledakan penduduk. Menurut perkiraan saya jumlah penduduk di Lingkungan Karang Tengah ada 120.000 jiwa, sungguh angka yang sangat fantsatis. Lingkungan Karang Tengah sebagian besar wilayahnya dikelilingi oleh pabrik namun sayangnya pegawai ini hanya dibutuhkan ketika ada proyek yang membutuhkan masa yang banyak dan hanya sistem kontrak dan sayangnya lagi tidak ada masyarakat Karang Tengah yang menempati posisi sebagai orang kantor karena mereka tidak mempunyai keahlian dibidang itu, sungguh tragis. Ada juga yang bekerja sebagai petani, namun menurut saya petani tidak cocok sebutannya karena mereka bekerja pada orang yang mempunyai ladang atau tanah mereka dibayar setelah melakukan pekerjaannya, kasarnya mereka adalah buruh petani yang dibayar dengan sistem upah. Namun sekarang pekerjaan itu sedikit berkurang karena ladang atau tanah yang bisanya ditanami oleh padi atau kegiatan penanaman yang lain dialihfungsikan untuk mendirikan pabrik.
        Ada juga yang bekerja sebagai pedagang dipasar, dan kebanyakan remaja dikarang tengah bekerja sebagai pelayan toko di Pasar karena jaraknya yang lumayan dekat. Dan masih banyak lagi seperti PNS, guru honorer, buruh bangunan, nelayan, tukang urut dll.
       Keadaan sosial budaya di Karang Tengah secara interaksi memang berjalan dengan baik, karena disana masih mentaati aturan atau norma yang berlaku dimasyarakat, seperti menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. Namun seiring berkembangnya zaman banyak anak muda yang bersikap apatis mereka tidak perduli dengan apa yang terjadi pada masyarakat. Mereka hanya mengahabiskan waktunya dengan sibuk mengotak-atik gadget bermain sosial media, mungkin karena mereka belum mampu  menyaring apa saja budaya yang baik dan budaya yang tidak mesti diikuti. Ini adalah salah satu contoh dampak dari adanya globalisasi yang tidak dapat terkendali.
       Budaya yang ada di Lingkungan Karang Tengah sangat beragam. Salah satu contohnya adalah Ngelangkah ini sendiri yang masih terjaga keeksistensiannya di masyarakat karena mereka menganggap bahwa salah satu ritual yang harus dikerjaakan yang sifatnya wajib, karena jika mereka berani melanggar mereka mempercayai akan ada sangsi yang akan mereka rasakan.
       Pendidikan disana menurut saya sudah lebih baik, karena disana para remaja lulusannya adalah SMA karena di Kota Cilegon mewajibkan belajar selama 12 tahun, ada beberapa yang melanjutkan ke pesantren itu bagi orang tua yang mengerti bahwa pendidikan dunia  harus selalu seimbang dengan ilmu agama,  ada beberapa juga yang sampai melanjutkan ke perguruan tinggi namun tidak banyak. Karena mereka lebih tertarik pada dunia kerja daripada melanjutkan keperguruan tinggi, mereka belum paham betapa pentingnya pendidikan. Tapi saya sebagai pribumi di Lingkungan Karang Tengah saya selalu berharap semoga suatu saat para orang tua, dan para anak-anak sadar betapa pentingnya pendidikan.

5.2 Hasil Wawancara
5.2.1 Daftar pertanyaan
No
Nama
Umur
Pekerjaan
Keterangan
1.
Malika
50
Ibu Rumah Tangga
Sesepuh yang paham tentang makna Ngelangkah
2.
Muniah
53
Ibu Rumah Tangga
Sesepuh yang paham tentang makna Ngelangkah
3.
Syarifudin
30
Buruh bangunan
Orang yang menjalankan ritual Ngelangkah
4.
Andi
26
Buruh Pabrik
Orang yang mendahului kakaknya menikah
5.
Siti Juhro
19
Ibu Rumah Tangga
Orang yang mendahului kakaknya menikah
6.
Karmila
18
Pelajar
Warga
7.
Ahmad Ubaidillah
10
Pelajar
Warga

1. Apa yang anda ketahui tentang Ngelangkah?
Ibu malika : tradisi turun temurun yang dilakukan karena adiknya mendahului kakaknya menikah
Siti Juhro  : Adik yang mendahului kakaknya menikah
Syarifudin  : cuma ngelangkah
Karmila : adat yang dilakukan seorang kakak yang adiknya menikah duluan.
Ahmad Ubaidillah : adat  istiadat yang dilakukan didaerah yang lebih giat
2.      Apakah sebelumnya anda pernah melihat ritual Ngelangkah?
Karmila : Pernah sering
Syarip : Pernah, sering
Siti Juhro : Sering
Andi : Pernah, ketika ada orang hajat. Sering.
Ahmad Ubaidillah : Pernah, sering.
3.      Coba ceritakan apa yang anda lihat ketika anda menyaksikan ritual Ngelangkah?
Karmila : orang yang sedang Ngelangkah kasihan, karena di dahului oleh adiknya. Unik, jarang di kampung lain mengadaknnya.
Siti juhro : lucu, unik orang diputar-putar.
Andi : ada tikar, banyak orang yang menyaksikan
4.      Peralatan Apa saja yang dibawa ketika ritual Ngelangkah dilakukan?
Muniah : Tikar, peponjen (tempat untuk beras kuning dan uang receh) ini juga sering dibawa ketika orang sunat untuk tempat uang, bakul nasi dan nasinya serta centong dari kayu. Sapu tangan, kendi yang berisi air dan uang koin.
5.      Apakah anda melihat simbol-simbol ketika ritual Ngelangkah dilakukan?
Karmila : ia, saya melihat simbol-simbol tersebut salah satunya disediakan kendi berisi uang receh untuk diputer-puterkan 3 kali, stelah itu  kendi tersebut dilempar untuk diambil uangnya oleh orang-orang yang menyaksikannya.
Syarifudin : puter keliling 5 kali kanan kiri, mecah kendi
Ahmad Ubaidillah : kendi dipecah, udik-udukan (orang melemparkan uang koin), beras kuning.
6.      Apa makna simbol-simbol itu menurut anda?
Karmila : bukti bahwa adiknya mendahului kakaknya
Siti Juhro : semoga cepet nyusul didekatkan jodohnya
Andi : Ngebuang sial
Ahmad Ubaidillah : memperlancar rizki
7.      Makna Ngelangkah bagi anda pribadi?
Karmila : maknanya menurut saya adalah Ngelangkah tidak sopankarean mendahului kakaknya.
Syarifuddin : didahului adik.
8.      Apa yang anda ketahui tentang makna tradisi Ngelangkah?
Malika : malati yaitu menjauhkan dari orang yang Ngelangkah dari marabahaya dan semoga didekatkan jodohnya.
9.      Apa yang anda rasakan ketika anda mendahului kakak anda?
Andi : ya ada senang, ada sedih. Senang karena sudah bertemu jodoh dan sedih karena melangkahai kakak saya.
Siti Juhro : Malu karena nikah dulu
10.  Apa yang anda rasakan ketika ritual ngelangkah terjadi?
Syarifudin : malu, diejekin temen-temen.sudah ritual ngelangkah dilakukan?
Siti juhro : kalo belum degdegan kalo udah yaa plong
Syarifudin : kalo belum malu, kalo sudah yaa terasa lega, sudah terlewat.
11.  Menurut anda bagaimana perkembangan tradisi Ngelangkah sendiri di Lingkungan Karang Tengah?
Karmila : makin maju, tradisi yang tidak boleh dihilangkan.
Syarifudin : biasa-biasa saja
Siti Juhro : diikuti turun-temurun, bagus.
12.  Menurut anda penting tidak acara ngelangkah itu sendiri?
Malika : penting, karena kalo tidak dilakukan akan menghambat jodoh yang akan Ngelangkah.
Karmila                  : Penting, karena Ngelangkah hanya ada di Karang Tengah dan tanda bukti adeknya mendahului kakaknya.
Ahmad Ubaidillah : Penting, mencintai kebudayaan Indonesia
Syarip                    : Penting menurut orang karena sudah kewajiban
13.  Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan masyarakat agar tradisi Ngelangkah tetap terjaga dan selalu eksis dizaman modern ini?
Karmila : menjaga tradisi tersebut dengan baik, peduli dengan benda-benda yang berkaitan dengan Ngelangkah.
Siti juhro : diadakan selalu
14.  Pesan-pesan apa yang akan anda sampaikan kepada orang yang akan Ngelangkah dan yang melngkahi kakaknya?
Siti Juhro : untuk orang yang melangkahi kakaknya adalah jangan melangkahi kakaknya supaya tidak malu, dan untuk orang yang akan Ngelangkah supaya didkatkan jodohnya.
Syarifudin : jangan sampain ngelangkah.



BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
       Kesimpulan yang dapat saya ambil dari penelitian yang saya lakukan adalah tradisi Ngelangkah adalah tradisi yang dilakukan oleh mereka yang akan menikah mendahului kakak laki-laki maupun kakak perempuannya, yang tujuannya untuk meminta izin kepada kakaknya agar merestui pernikahan yang akan dilakukannya, dan ikhlas untuk didahului dan maknanya adalah ketika rirual ngelangkah itu dilakukan oleh kakaknya semoga jodoh segera didekatkan dan bahaya-bahaya yang dihadapkan pada kakaknya dijauhkan atau dalam bahasa Karang Tengah disebut malati.

6.2 Saran
       Saran yang dapat saya berikan adalah semoga masyarakat Lingkungan Karang Tengah benar-benar memahami budaya yang mereka kerjakan bukan hanya mengikuti tradisi-tradisi yang dijalankan tanpa mengetahui makna yang sesungguhnya. Dan semoga para generasi muda dapat terus menjaga dan melestarikan  tradisi-tradisi yang ada di Lingkungan Karang Tengah khususnya tradisi Ngelangkah, salah satunya dengan benar-benar memahami makna yang terkandung dalam tradisi tersebut.






LAMPIRAN
       Wawancara saudara Andi (memakai baju biru dan isterinya sedang menggendong anak) dan Siti Juhro (mengenakan baju ping besrta suami mengenakan baju putih) keduanya mendahului kakaknya menikah. Wawancara ini di lakukan pada tanggal 22 Mei 2016










Wawancara dengan Karmila (pelajar 18th) dilakukan dirumah informan pada tanggal 22 Mei 2016

Wawancara dengan Syarifudin selaku pelaku Ngelangkah. Wawancara ini dilakukan ditempat informan pada tanggal 22 Mei 2016


DAFTAR PUSTAKA
Tumanggor Rusmin dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : kencana.
Bagus Wirawan Ida. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paraadigma. Jakarta : kencana.
P. James Spradley. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Koentjaraningrat. 2013. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Ritzer george. 2014. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana.
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara.
WS Indrawan. Tanpa Tahun. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang : Lintas Media.
Repository.uinjakarta.ac.id > dspace < bitstream



[1] Kontjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, Rineka Cipta, 2013, hal 144
[2] Rusmin Tumanggor, Ilmu sosial dan budaya dasar, Jakarta, Kencana 2014, hal 14-15
[3] Indrawan WS, Kamus lengkap bahasa indonesia, hal 510
[4] George Ritzer, Jakarta, Kencana, 2014, hal 251
[5] Ida Bagus Wirawan, Op.Cit., hal 131-132
[6] George Ritzer, Jakarta, Kencana, 2014, hal 251
[7] Ida Bagus Irawan, Op.Cit., hal 130
[8] Indrawan WS, kamus lengkap bahasa indonesia, Jombang, Lintas Media, hal 299
[9] Geoge Ritzer, Teori Sosiologi Modern, Jakarta, Kencana, 2014, hal 263
[10] Spradley P James, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2006, hal 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar